Setiap pagi, ketika matahari baru menyapa bumi, sosok renta itu sudah bersiap di depan rumah sederhananya.

Namanya Mbah Yakmo, seorang kakek berusia 76 tahun yang masih semangat mencari rezeki dengan berjualan perabotan pecah belah.

Dari rumahnya yang sederhana, Mbah Yakmo berjalan kaki puluhan kilometer sambil menuntun sepeda onthel kesayangannya — sepeda tua yang telah menemaninya selama puluhan tahun.

Di atas onthel itu tergantung dagangan: piring, gelas, mangkuk, baskom — semua dibeli dari pasar untuk dijual kembali dengan untung hanya dua ribu rupiah tiap satu barang terjual.

Namun, tak jarang Mbah Yakmo pulang dengan langkah gontai, karena tak satu pun dagangannya laku hari itu.

Panas terik, hujan, dan rasa lelah sering kali jadi teman akrabnya di perjalanan.

Berulang kali ia berhenti di pinggir jalan, menunduk sejenak, menghela napas, lalu kembali berjalan sambil berkata lirih,

“Kalau nggak jualan, saya nggak bisa makan hari ini.”

Sejak istrinya pergi meninggalkannya dan hidup bersama suami barunya, Mbah Yakmo menjalani hari-harinya seorang diri.

Rumahnya yang sederhana kini sunyi — hanya suara angin sore yang menemani.

Selama lebih dari 40 tahun, Mbah Yakmo tetap setia berjualan.

Bukan karena ingin kaya, tapi agar bisa sekadar menyambung hidup dan makan nasi setiap hari.

Kini, tubuhnya mulai rapuh.

Namun semangat Mbah Yakmo tak pernah padam.

Ia masih menuntun onthel tuanya, meski kadang harus berhenti di tengah jalan karena kelelahan.

Teman-teman, mari kita bantu Mbah Yakmo agar bisa menikmati masa tua dengan tenang tanpa harus terus memikul beban berat di bawah teriknya matahari. Bantuan sekecil apa pun akan sangat berarti untuk beliau.

#Temanberbagi, Donasi terbaikmu bisa membantu Mbah Yakmo memiliki kehidupan yang lebih layak.

Hasil donasi akan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, perawatan kesehatan, dan modal kecil agar beliau tak perlu berjalan jauh lagi untuk berjualan.