
Setiap Dorongan Roda Adalah Perjuangan Bertahan Hidup
terkumpul dari target Rp 50.000.000
Penyandang Disabilitas Sejak Usia 9 Tahun, Kini Berjuang Sendirian Berjualan dan Jadi Guru Ngaji untuk Biaya Hidup.
Di pagi yang masih remang, Toni (38) mulai harinya dengan menarik napas panjang. Ia menatap roda kecil yang telah menemaninya bertahun-tahun. Di atas roda itu, terletak beberapa buku tuntunan ibadah, tasbih, dan perlengkapan agama lainnya. Barang dagangannya. Sumber nafkahnya. Harapannya.
Dengan kedua tangan, Toni mulai mendorong roda itu. Setiap meter yang ia tempuh bukan sekadar langkah biasa. Itu adalah simbol keberanian seorang pejuang yang menolak menyerah, meski hidup telah mengambil banyak darinya.
Toni adalah penyandang disabilitas. Sejak usia 9 tahun, ia tak bisa lagi berdiri tegak. Penyakit panas tinggi kala itu melumpuhkan kakinya dan sejak itu pula, dunia menjadi lebih sulit. Toni berjalan jongkok, dengan beban hidup di punggungnya, namun tak sedikit pun ia meratap. “Kalau saya jatuh saat mendorong roda, saya harus merayap dulu ke tembok atau tiang untuk bisa bangkit lagi…”Ucapnya pelan.
Kalimat ini bukan sekadar cerita, tapi gambaran nyata betapa beratnya hidup Toni. Ia bisa jatuh kapan saja di jalan, namun selalu berusaha bangkit… bukan hanya secara fisik, tapi juga dalam hati.
Toni tak pernah menikah. Ia tinggal seorang diri di rumah kecil sederhana. Kedua orang tuanya kini tinggal bersama saudara yang lain di luar kota. Sejak kecil, Toni memang tumbuh bersama nenek tercinta satu-satunya sosok yang selalu mendampinginya.
Namun takdir kembali menguji. Beberapa tahun lalu, sang nenek meninggal dunia karena sakit komplikasi. Sejak itu, Toni benar-benar hidup sendiri, tanpa keluarga yang membersamai hari-harinya secara langsung. Namun kesepian tak membuatnya lemah. Toni memilih untuk tetap kuat, tetap berdiri, dan tetap bermanfaat.
Di hari Minggu, Toni menyusuri area Car Free Day dengan harapan ada yang membeli dagangannya. Di hari biasa, ia menggelar lapak sederhana di pasar. Kadang mendapat Rp50.000, tapi tak jarang pulang dengan tangan kosong dan tubuh lelah tak berdaya.
Namun Toni tak hanya mencari nafkah untuk diri sendiri. Ia juga seorang guru ngaji. Dengan penuh cinta, ia mengajar anak-anak secara gratis di madrasah. Ia percaya, ilmu agama adalah cahaya, dan setiap huruf yang diajarkannya adalah amal jariyah yang tak ternilai. Sebagian orang tua murid kadang memberinya sedikit uang sebagai bentuk terima kasih. Uang itulah yang ia gunakan untuk membeli beras, minyak, dan kebutuhan pokok lainnya.
Toni sempat membuka warung kecil di rumah. Ia ingin punya pemasukan tambahan, ingin hidupnya sedikit lebih baik. Namun apa daya, usaha itu terhenti. Modalnya habis, perlahan-lahan terkikis untuk biaya berobat dan kebutuhan sehari-hari.
Kini, Toni hanya punya satu impian sederhana yaitu ia ingin punya alat bantu mobilitas yang layak agar bisa berjualan tanpa harus jatuh. Dan ia ingin membuka kembali warung kecilnya, agar bisa hidup dengan lebih tenang, tanpa harus bergantung pada belas kasihan.
Insan Baik, Toni telah memberi yang ia mampu kepada masyarakat: ilmu, semangat, dan keteladanan. Kini, saatnya kita hadir untuk Toni.
Sedikit bantuan dari kita, adalah secercah harapan besar untuk Toni.
Karena setiap rupiah yang Anda kirimkan, bisa jadi alasan Toni untuk tetap berdiri dan melanjutkan hidupnya dengan penuh martabat
Karena sebaik-baiknya manusia, adalah yang paling bermanfaat bagi sesama.
Disclaimer : Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk modal usaha, kursi roda untuk alat bantu mobilitas Toni dan sandang pangan. Juga akan digunakan untuk penerima manfaat dann program sosial kemanusiaan lainnya dibawah naungan Amal Baik Insani.

Setiap Dorongan Roda Adalah Perjuangan Bertahan Hidup
terkumpul dari target Rp 50.000.000