Anak Tukang Sapu Harus Bertaruh Nyawa dari Sakit Mematikan!
terkumpul dari target Rp 100.000.000
Afifah Addillah (10 bulan) terus merintih menahan sakit yang ia rasakan, tangisnya semakin keras Ketika sakitnya kambuh.
Kondisinya semakin buruk, kritis dan tidak stabil, Afifah harus segera mendapat tindakan medis sebelum nyawanya terancam dan terlambat. Bagi setiap orang tua, mendengar kabar jika anak didiagnosa sakit kronis dan bisa merenggut nyawanya kapan saja pasti seperti mimpi buruk.
Sejak lahir pada awal 2023, Afifah harus jalani hari-hari yang penuh dengan rintihan, tangisan dan sesak karena penyakit yang terus tumbuh dalam tubuh mungilnya. Dokter menyarankan agar ia segera mendapat perawatan intensif.
Afifah didiagnosis lima penyakit sekaligus: Pierre Robin Syndrome, Failure to Thrive, Laringomalasia, Aspirasi Pneumonia, dan Palatoschizis. Jika tidak segera ditangani, penyakitnya bisa menyebar dan mengancam bagian tubuh lainnya.
Tak terhitung sudah berapa kali Pak Deden dan Bu Revi bolak-balik ke RSUD hingga akhirnya Afifah dirujuk ke RSCM Jakarta. Mereka rela menempuh perjalanan jauh dari Tangerang ke Jakarta demi pengobatan sang buah hati, harta benda pun habis terjual untuk biaya berobat.
Namun kesehatan tak kunjung datang memeluk Afifah. Akhirnya, pengobatannya terpaksa dihentikan karena keterbatasan ekonomi. Setiap kali menangis kesakitan, Afifah hanya bisa memanggil-manggil nama mamanya, tidak tahan dengan penderitaan yang ia alami.
"Saya nggak tega melihat anak saya setiap hari menangis dan batuk sesak. Makan dan minum pun hanya bisa melalui selang yang harus diganti setiap 3 hari sekali. Kadang Afifah juga perlu di-uap karena sesak,"- ujar Bu Revi.
Pak Deden, ayah Afifah hanya seorang pedagang sapu keliling di kampung dengan penghasilan minim. Hanya Rp50.000 per hari upah yang ia dapat, untuk menambah penghasilan Pak Deden harus bekerja sebagai kuli tani di ladang tetangganya.
Apalagi Afifah membutuhkan susu dan selang yang biayanya pasti akan mahal. Meskipun sebagian tindakan medis ditanggung BPJS, namun biaya transportasi, akomodasi selama pengobatan di Jakarta, serta kebutuhan Afifah seperti popok, selang, dan susu harus ditanggung orang tuanya.
Terlebih lagi, Afifah perlu mengejar gizi yang memadai untuk pemeriksaan lanjutan.
"Bukan tanpa alasan Afifah berhenti berobat, tapi dari mana lagi biaya untuk makan sehari-hari pun sudah pas-pasan. Harapan saya, Afifah bisa kembali berobat dan sembuh seperti anak-anak seusianya," - lirih Pak Deden.
Orang Baik, perjuangan dari kampung ke ibu kota adalah perjalanan yang berat bagi orang tua Afifah. Mari bersama-sama kita bantu Afifah agar ia bisa kembali berobat dan segera sehat. Salurkan bantuan terbaikmu dengan mengklik tombol "DONASI SEKARANG" di kampanye ini sekarang juga!
Anak Tukang Sapu Harus Bertaruh Nyawa dari Sakit Mematikan!
terkumpul dari target Rp 100.000.000