
Demi Keluarga Ayah Difabel Terus Bekerja Meski Sakit
terkumpul dari target Rp 60.000.000
Setiap pagi, sosok lelaki 37 tahun itu memaksakan diri bangkit dari tempat tidurnya, meski tubuhnya tak pernah benar-benar sehat sejak ia kecil. Namanya Pak Iwan, dan di balik raganya yang rapuh, tersimpan tekad yang tak pernah padam. Ia tahu hidup tidak memudahkannya, tetapi selama keluarganya menunggu uluran tangannya, ia terus melangkah, pelan, terbatas, namun penuh keberanian.
Dari pagi buta sampai langit kembali gelap, Pak Iwan menapaki jalan demi jalan sambil menawarkan tisu di tangannya. Langkahnya jauh, tenaganya terbatas, tapi uang yang ia bawa pulang sering kali tak lebih dari 25 ribu rupiah sehari.
Hampir tak ada jeda untuknya mengistirahatkan badan, bahkan saat demam atau nyeri datang. Ia paham betul, bila ia berhenti sehari saja, dapur di rumah mungkin tak mengepul. Dengan suara pelan namun teguh, ia pernah berkata, “Biar saya yang sakit, biar saya yang capek di jalan. Asal anak saya bisa makan, bisa kenyang, dan tetap sekolah.”
Sering kali tubuh Pak Iwan tak sanggup menopang langkahnya, hingga ia jatuh di tengah jalan. “Kalau orang lain nyari keramaian buat jualan, saya justru menghindar, Kang. Di tempat ramai peluang memang banyak, tapi saya gampang kesenggol… sekali kena, saya bisa jatuh,” tuturnya pelan.
Pernah ia terjerembap di jalan tanpa satu pun tangan yang membantu. Dengan tubuh gemetar dan baju berdebu, ia bangkit perlahan sendirian, menahan sakit yang terus disimpannya rapat-rapat.
Akhir-akhir ini, hidup Pak Iwan kian terasa menekan. Seragam sekolah untuk si kembar belum terbeli, beras di rumah hampir habis, sementara kontrakan menumpuk berbulan-bulan.
Dengan suara yang nyaris pecah, ia berkata, “Sedih saya, Kang… teman-temannya pakai baju olahraga dari sekolah, anak saya cuma pakai training apa adanya. Saya takut dia diejek. Saya bakal lakukan apa pun biar anak saya tetap bahagia.”
Tas lusuh yang selalu menempel di punggungnya sebenarnya sudah lama tak layak pakai. Talinya putus berulang kali, sampai akhirnya ia ikat sendiri dengan potongan tali apa saja yang bisa ditemukan. Pak Iwan hanya menggeleng saat ditanya kenapa tak mengganti yang baru. Baginya, uang yang sedikit itu lebih berharga bila dipakai untuk kebutuhan anak-anak dan isi dapur, bukan untuk dirinya.
#TemanKebaikan, beban yang di pikul Pak Iwan terlalu berat untuk dipikul sendirian. Kita sama-sama bantu ringankan yuk?
Demi Keluarga Ayah Difabel Terus Bekerja Meski Sakit
terkumpul dari target Rp 60.000.000
