Jangan Biarkan 160 Kucing Kelaparan dan Kesakitan
terkumpul dari target Rp 60.000.000
Kebayang nggak, di sekitar kita masih banyak anabul yang hidup terlantar dan menderita? Mereka sering disiksa, dibiarkan begitu saja, bahkan dianggap hanya sebagai gangguan oleh sebagian orang yang tidak bertanggung jawab.
Di shelter Ruka Ruki miliknya yang sederhana, Bu Lala menjadi sosok penyelamat bagi 160 kucing terlantar yang ada di jalanan. Setiap kucing yang diselamatkan Bu Lala memiliki cerita yang sangat memilukan. Kebanyakan dari mereka menjadi korban kekejaman manusia yang tidak berhati nurani.
Cinta Bu Lala kepada kucing-kucing ini begitu besar. Di tengah keterbatasan ekonomi, Bu Lala dengan tulus berjuang keras untuk menyediakan makanan, vitamin, dan pengobatan bagi kucing-kucing yang sakit.
Salah satu yang paling mengharukan adalah kisah Nenek. Nenek ditemukan dengan tumor besar di pipi dan matanya. Kucing malang ini sering disiram air oleh warga karena dianggap mengganggu saat hendak meminta makan.
Selain Nenek, ada juga Keling, seekor kucing yang ditemukan Bu Lala di pasar dalam kondisi sangat buruk, dengan rahang patah dan mata yang rusak akibat tabrakan. Tidak ada yang mau menolongnya, hingga seorang pedagang akhirnya menghubungi Bu Lala. Dengan penuh kasih, Bu Lala merawat Keling, memberinya makan, vitamin, dan obat-obatan, hingga sembuh.
Dan ada juga kisah yang paling memilukan, ketika Bu Lala menyelamatkan seekor kucing yang tertabrak kereta. Kondisinya sangat parah, penuh luka hingga dipenuhi belatung.
“Miris sekali kalau lihat kucing dengan kondisi seperti itu, Mas.. Kok bisa ya orang tidak kasihan melihat kucing kesakitan? Kok ada juga orang yang tega dan kejam kepada mereka? Padahal mereka itu sama, makhluk hidup seperti kita,” ujar Bu Lala dengan mata yang berkaca-kaca.
Selama ini, Bu Lala memenuhi kebutuhan pakan dan obat-obatan untuk kucing-kucingnya dari hasil menjual pulsa dan parfum. Ditambah dahulu, banyak sekali donatur yang datang untuk membantu.
Namun kini, donatur itu hampir tak ada. Bahkan, Bu Lala pernah sampai harus menjual perhiasan dan sawah miliknya. Bagi Bu Lala, kebutuhan kucing-kucingnya tetap menjadi prioritas. Baginya, manusia masih bisa mengirit dan menunda kebutuhan pribadi, tapi kucing-kucing ini membutuhkan perhatian dan perawatan.
“Saya pernah dicap sebagai orang gila karena rela menjual segalanya untuk kucing, Mas.. Ya, tapi tak pernah saya dengar. Bagi saya, kucing-kucing ini adalah makhluk Tuhan yang berhak hidup layak,” ujar Bu Lala dengan penuh kasih.
Sahabat pecinta anabul, saat ini, kebutuhan shelter semakin mendesak. Dengan ratusan kucing yang harus dirawat, Bu Lala sering mengorbankan dirinya—mengirit makan, menunda kebutuhan pribadi, bahkan menjual harta miliknya—demi memastikan para anabul tetap hidup layak.
Karena itu, maukah kamu ikut membantu perjuangan Bu Lala dan menyelamatkan lebih banyak kucing terlantar? Berapapun donasi yang kamu berikan untuk para kucing, itu adalah secercah harapan bagi mereka untuk terus hidup.
Mengapa donasi di Sajiwa Foundation?
- Pendampingan yang dilakukan merupakan bentuk Integrasi Kebutuhan Material dan Non Material
- Memiliki Objektif pendampingan SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-Bound) yang disusun berdasarkan asesmen kebutuhan penerima manfaat.
- Dijalankan dengan prinsip pertemanan yang menyenangkan.
- Sajiwa Foundation terdaftar dan diawasi oleh Kemenkumham, Dinsos Kota Bandung dan Dinsos Jawa Barat.
- Setiap bulan Sajiwa Foundation melaporkan Aktivitas Program dan Laporan Keuangan bulanan di laman website.
Jangan Biarkan 160 Kucing Kelaparan dan Kesakitan
terkumpul dari target Rp 60.000.000