
Upah 5rb Perhari! Mbah Tetap Berjuang Meski Sakit Tumor
terkumpul dari target Rp 100.000.000
“Kalau malam tuh badan rasanya panas dingin. Mata berdenyut, kepala kayak mau pecah. Kadang sampai nggak bisa tidur sama sekali. Tapi besoknya Mbah tetap harus kerja, Nak… Kalau nggak, besok Mbah nggak bisa makan,” katanya.

Usia Mbah Tukiyah hampir 80 tahun. Harusnya di usia segitu, orang sudah istirahat, duduk di beranda rumah sambil menikmati sore. Tapi buat Mbah Tukiyah, hidup nggak semudah itu. Setiap pagi, Mbah masih kerja bersihin rongsokan plastik di tempat pengepul. Upahnya cuma Rp1.000 per kilo. Sehari, paling kuat 5 kilo. Artinya… cuma Rp5.000 yang dibawa pulang.
Lima ribu, untuk makan, untuk bertahan hidup. Kadang cuma cukup buat beli nasi tanpa lauk.
Karena itu, Mbah sering maksa diri nyari tambahan. Keluar rumah, jalan pelan-pelan, mulung rongsok di pinggir jalan. Padahal kakinya udah lemah. Tubuhnya bungkuk, napasnya pendek, tangannya gemetar tiap ngangkat karung. Tapi Mbah nggak punya pilihan. Kalau nggak kerja, nggak ada yang menghidupinya.

Lima tahun terakhir, Tuhan kasih ujian lain. Dulu di pipinya muncul benjolan kecil, katanya cuma kelenjar biasa. Tapi makin lama, benjolan itu menjalar sampai ke mata. Waktu diperiksa dokter, ternyata tumor. Sejak saat itu, hidup Mbah berubah.
Malam hari jadi waktu paling berat. Mata nyut-nyutan, kepala pusing, badan menggigil. Kadang cuma bisa nangis pelan karena nggak kuat nahan sakit. Tidur pun susah. Padahal besok pagi harus bangun lagi buat kerja.
Mbah udah dua kali operasi. Dua kali berharap bisa sembuh. Tapi tumornya tumbuh lagi. Uang yang dikumpulin bertahun-tahun habis buat biaya rumah sakit. Sekarang, buat kontrol aja udah nggak sanggup.
Rumahnya jauh dari kota. Kalau mau berobat, harus ke Purwokerto. Jaraknya jauh, ongkosnya mahal. Jangankan buat ongkos, buat makan aja Mbah masih sering bingung.
Sekarang, Mbah cuma bisa pasrah. Setiap malam menahan nyeri di mata, berdoa supaya besok bisa bangun dan kerja lagi. Yang Mbah mau cuma satu: sembuh. Bisa kerja tanpa sakit, bisa tidur tanpa rasa nyeri, bisa istirahat tanpa harus mikir besok makan apa.

Di usia hampir 80 tahun, Mbah Tukiyah masih harus berjuang sendirian. Bertahan dari lapar, dari sakit, dari sepi. Nggak ada yang lebih menyedihkan dari melihat orang tua di usia segitu masih harus memulung untuk bisa hidup.
Teman Kebaikan, hidup Mbah Tukiyah benar-benar penuh luka dan perjuangan. Mari bantu Mbah Tukiyah berobat, supaya bisa menikmati masa tuanya tanpa rasa sakit lagi. Bantuan sekecil apa pun sangat berarti buat beliau.

Halo #TemanKebaikan !
Lihat dan rasakan kebaikan dari kamu yang #BeneranBerdampak untuk semua di link berikut ini ya:)
https://sajiwafoundation.org/publications/sajiwa-news
Mengapa Sajiwa Foundation?
1. Pendampingan yang dilakukan merupakan bentuk Integrasi Kebutuhan Material dan Non Material
2. Memiliki Objektif pendampingan SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-Bound) yang disusun berdasarkan asesmen kebutuhan penerima manfaat.
3. Dijalankan dengan prinsip pertemanan yang menyenangkan.
4. Sajiwa Foundation terdaftar dan diawasi oleh Kemenkumham, Dinsos Kota Bandung dan Dinsos Jawa Barat.
5. Setiap bulan Sajiwa Foundation melaporkan Aktivitas Program dan Laporan Keuangan bulanan di laman website.
https://sajiwafoundation.org/
Jl. Atlas Raya No.21, Babakan Surabaya, Kec. Kiaracondong, Kota Bandung, Jawa Barat 40281
02220504715
Hubungi kami jika kamu ingin berkolaborasi lebih lanjut ke nomor resmi ini ya :)
085174166464
Upah 5rb Perhari! Mbah Tetap Berjuang Meski Sakit Tumor
terkumpul dari target Rp 100.000.000
