Bayangin seorang ibu yang udah lanjut usia, masih harus jinjing dan manggul dagangannya diatas kepala seharian.. Sambil menanggung rasa cemas karena meninggalkan anak disabilitasnya sendirian dirumah. 

Itulah kehidupan Bu Lilis, 56 tahun. Seorang ibu tunggal yang nyaris tak punya siapa-siapa lagi di dunia ini, selain anak lelakinya, Rudi (21), yang sejak kecil hidup dengan disabilitas total. Suaminya sudah lama meninggal, dan karena Bu Lilis adalah anak tunggal, tak ada keluarga lain yang bisa dimintai tolong.

Perjuangannya keras banget, Pagi hari Ibu berkeliling menjajakan sayur. Siang ia kembali ke jalan menjual jagung rebus. Sore menjajakan snack ringan di pinggir jalan.

Semua barang dagangan itu bukan miliknya, tapi titipan orang lain. Dari tiap sesi jualan, Bu Lilis hanya dapat Rp10 ribu, sehingga total penghasilan sehari tak lebih dari Rp30 ribu, itupun jika dagangannya semua laku. Seringnya ibu hanya membawa uang sedikit yang hanya cukup untuk memberi 1 bungkus nasi untuk makan anaknya. 

“Ibu bagi jualannya jadi tiga sesi, supaya bisa pulang dulu ngasih makan Rudi dan liat keadaannya. Ibu takut ninggalin dia kelamaan...”

Kaki Rudi tak bisa diluruskan. Ia tak bisa berdiri, berbicara, ataupun berpindah tempat. Seluruh hidupnya hanya diatas kasur. Untuk buang air kecil dan besar pun, Rudi harus melakukannya disitu dengan alas banner bekas karena Bu Lilis tak sanggup membeli popok. 

“Kadang saya sedih, merasa jadi ibu yang gagal.. Dari Rudi kecil saya nggak bisa kasih pengobatan yang bener dan rutin, kalau aja pengobatannya bener..  Rudi pasti bisa sembuh dan sekarang hidup normal bantuin ibunya..” Kata Ibu. 

Lebih pilu lagi, sebenarnya Bu Lilis tak sanggup membawa beban berat di tangan karena bahunya pernah patah akibat kecelakaan. Tapi demi anak tercinta, ia memilih terus jualan sembari menyunggi dagangan di atas kepala berjalan dari kampung ke kampung meski rasa sakit terus mengintai.

Terkadang jika Bu Lilis sakit, Ibu tak sanggup membelikan makan untuk anaknya. 

“Kalau saya sakit otomatis penghasilan nggak ada, bersyukurnya tetangga baik suka ngasih makan dan rawat ibu.. Ya allah semoga ibu sehat terus, biar bisa ada terus disamping Rudi.. Kalau ibu nggak ada, siapa yang urus dia?” 

Waktu ditanya, kalau ada rezeki ibu ingin apa, dengan lembut ibu bilang,

“Saya cuma pengen dapet penghasilan yang bisa dikerjakan dirumah nak, supaya bisa bawa Rudi terapi, beli popok, makanan bergizi.. Dan ibu bisa kerja sambil nemenin dia dirumah, nggak khawatir lagi harus keliling ninggalin dia..” Katanya. 

#TemanKebaikan, bantu perjuangan ibu tunggal rawat anak disabilitasnya yuk? Sedikit bantuanmu bisa jadi harapan besar untuk mereka.

Halo #TemanKebaikan ! 

Lihat dan rasakan kebaikan dari kamu yang #BeneranBerdampak untuk semua di link berikut ini ya:)

https://sajiwafoundation.org/publications/sajiwa-news

Mengapa Sajiwa Foundation?

1. Pendampingan yang dilakukan merupakan bentuk Integrasi Kebutuhan Material dan Non Material

2. Memiliki Objektif pendampingan SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-Bound) yang disusun berdasarkan asesmen kebutuhan penerima manfaat.

3. Dijalankan dengan prinsip pertemanan yang menyenangkan.

4. Sajiwa Foundation terdaftar dan diawasi oleh Kemenkumham, Dinsos Kota Bandung dan Dinsos Jawa Barat.

5. Setiap bulan Sajiwa Foundation melaporkan Aktivitas Program dan Laporan Keuangan bulanan di laman website.

 https://sajiwafoundation.org/

Jl. Atlas Raya No.21, Babakan Surabaya, Kec. Kiaracondong, Kota Bandung, Jawa Barat 40281

02220504715

Hubungi kami jika kamu ingin berkolaborasi lebih lanjut ke nomor resmi ini ya :)

085174166464