“Raja sering berdiri di depan sekolah, bukan untuk belajar — tapi untuk berjualan cilok. Di sana, ia bisa merasakan suasana yang ia rindukan setiap hari.”

Setiap pagi, Raja (13 tahun) menyiapkan adonan cilok di dapur kecil rumah kontrakannya. Di sanalah harinya dimulai.

Beberapa tahun lalu, ayah Raja pergi dan tak pernah kembali. Sejak saat itu, kehidupan keluarga kecil ini bergantung sepenuhnya pada sang ibu, yang bekerja di luar kota sebagai asisten rumah tangga. Setiap bulan, ibu mengirimkan sedikit uang hasil jerih payahnya. Uang itu harus dibagi untuk kebutuhan makan sehari-hari, membeli keperluan adik Raja yang masih balita, serta membayar biaya kontrakan rumah.

Namun kini, kontrakan mereka menunggak. Sudah dua bulan ibu belum bisa mengirim uang lebih, karena sempat jatuh sakit dan harus berobat di kota tempatnya bekerja. Raja memahami keadaan itu dan justru karena itulah, ia berusaha lebih keras agar keluarganya tidak kehilangan tempat berteduh.

Karena tekanan ekonomi yang semakin berat, Raja terpaksa berhenti sekolah. Meski hatinya sedih, ia memilih untuk tidak menyerah. Setiap hari, ia berjualan cilok, berkeliling kampung, hingga berdiri di depan sekolah dasar tempat ia dulu belajar.

Saat bel istirahat berbunyi, anak-anak keluar dari kelas sambil tertawa dan membeli cilok darinya. Dari balik senyum tipisnya, Raja menahan rindu, rindu duduk di bangku sekolah, memegang pensil, dan belajar lagi seperti teman-temannya.

“Semoga suatu hari nanti aku bisa sekolah lagi,” bisiknya lirih dari balik pagar sekolah.

Di rumah, Mak Ade (58) nenek Raja yang hampir buta total menunggu kepulangannya. Meski penglihatannya nyaris hilang, sang nenek tetap berusaha menjaga Rada, adik kecil Raja yang baru berusia tiga tahun. Kadang Raja pulang larut malam, memastikan neneknya minum obat dan adiknya tidak tidur dalam keadaan lapar.

Jika jualannya habis, Raja membawa pulang 25–30 ribu rupiah. Namun jika belum, ia terus berkeliling hingga malam, karena setiap tusuk cilok yang terjual berarti makan malam untuk adik, obat untuk nenek, dan sedikit harapan untuk melunasi kontrakan yang tertunggak.

Insan Baik, hidup Raja adalah kisah keteguhan seorang anak kecil yang menolak menyerah, bahkan ketika dunia seolah tak berpihak padanya.

Mari bersama menjadi bagian dari harapan Raja, agar ia bisa kembali bersekolah, agar neneknya bisa berobat, dan agar ibunya tak terus menanggung beban sendirian jauh dari rumah.

Bagi Raja, cilok bukan sekadar dagangan, tapi wujud perjuangan untuk bertahan hidup dan menjaga harapan agar tak padam. Sekarang, giliran kita membantu Raja seperti ia berjuang setiap hari untuk keluarganya.

Disclaimer: Seluruh donasi yang terkumpul akan digunakan untuk mendukung biaya pendidikan Raja, kebutuhan keluarganya, serta program sosial kemanusiaan di bawah naungan Amal Baik Insani.