
Kakak Beradik Hebat! Tolong Jafar dan Naira Tetap Sekolah
terkumpul dari target Rp 100.000.000
Namaku Jafar, umurku 9 tahun. Aku tinggal bersama Ayah, Ibu, dan adikku Naira di sebuah rumah kecil di pinggir kota. Tapi, rumah kami bukan seperti rumah kebanyakan. Rumah kami berdiri di atas tanah kuburan. Kata Ayah, pemilik tanah itu orang baik yang mengizinkan kami tinggal di sini sementara waktu.
Dinding rumah kami terbuat dari kayu tua yang mulai lapuk. Kadang kalau hujan deras, airnya masuk lewat celah-celah papan. Tapi buat kami, rumah ini tetap tempat paling nyaman di dunia.
Setiap pagi, aku dan Naira ikut Ayah keluar rumah. Kami jalan kaki menyusuri gang dan jalanan kota, mencari barang bekas yang bisa dijual. Botol, kaleng, kardus — apa saja yang bisa bernilai uang. Kalau dapat satu karung penuh, rasanya seperti nemu harta karun.

Aku senang bisa bantu Ayah. Kadang, di antara tumpukan barang bekas, aku dan Naira menemukan mainan rusak atau boneka kecil tanpa kepala. Kami bersihin, terus main bareng sebentar sebelum lanjut bantu Ayah lagi.
Kalau matahari mulai tinggi, kami pulang sebentar buat makan siang, terus sore-sore berangkat lagi sampai malam. Biasanya sehari kami bisa kumpulkan 3 sampai 4 kilo kardus, dan Ayah bilang harganya Rp1.500 per kilo. Nggak banyak, tapi cukup buat beli beras dan lauk sederhana.
Kadang aku capek banget, tapi Ayah selalu bilang,
“Selama kita mau berusaha, Allah pasti kasih jalan.”
Aku percaya itu. Aku percaya suatu hari nanti, aku dan Naira bisa punya kamar sendiri. Rumah yang atapnya nggak bocor, lantainya bukan tanah, dan kami nggak harus takut kalau hujan turun.
Sampai hari itu datang, aku akan terus bantu Ayah — karena dari barang bekas inilah kami belajar tentang arti berjuang dan bersyukur.
Yuk bantu pendidikan mereka agar Jafar dan Naira tidak putus sekolah, dan membantu modal usaha yang layak untuk mereka!
Kakak Beradik Hebat! Tolong Jafar dan Naira Tetap Sekolah
terkumpul dari target Rp 100.000.000
