Sharing Happiness
  • Donasi
  • Zakat
    • Zakat Penghasilan
    • Zakat Perdagangan
    • Zakat Emas
    • Zakat Simpanan
  • Infaq
  • Wakaf
Masuk atau Daftar
Pemberitahuan
  • Lihat semua
  • Lihat Semuanya
  • Lihat semua
Home
Donasi
Zakat
Infaq
Wakaf
Masuk
Pusat Bantuan
Tentang Kami
Langkah Tua Difabel Tangguh Yang Berjuang Di Ujung Usia - 21354

Langkah Tua Difabel Tangguh Yang Berjuang Di Ujung Usia

Rp 0
terkumpul dari target Rp 50.000.000
0% tercapai 81 hari lagi
Amal Baik Insani
 Share DONASI
Bantu sebarkan via :
SHARES
  • Detail
  • Info Terbaru
  • Donatur
  • Fundraiser

"Sambil menahan rasa sakit di punggungnya, Abah hanya bisa terus berjalan menyusuri jalanan terjal. Dalam setiap langkahnya yang tergopoh-gopoh, Abah hanya berharap sayur-sayurnya laku terjual dan bisa makan hari ini."


Setiap pagi, sebelum ayam berkokok, sebelum cahaya mentari menembus celah pepohonan kampung, Abah Kani sudah duduk di depan gubuk kecil yang nyaris rubuh. Di punggungnya tergantung keranjang tua keranjang yang menemaninya bertahun-tahun, memikul sisa-sisa panen dari kebun milik orang lain. Abah diperbolehkan memetik daun singkong, kunyit, jahe, pisang, atau serai dari ladang milik tetangganya dengan tangan keriputnya yang makin melemah.



Di usianya yang sudah lebih dari 70 tahun, Abah tak lagi punya banyak pilihan. Tak punya tanah. Tak punya rumah sendiri. Tak punya pekerjaan tetap. Tak punya siapa-siapa. Tapi setiap hari, ia tetap berjalan. Menyusuri lorong kampung, mengetuk pintu demi pintu, berharap dagangannya dibeli. “Kadang dagangan laku, kadang cuma jalan keliling sampai sore tanpa ada yang beli. Ya pulang bawa lapar,” katanya sambil tertawa kecil, seolah ingin menutupi getir yang mengendap di dadanya.



Kalau semua dagangannya habis, Abah hanya bisa membawa pulang sekitar Rp25.000. Jumlah yang bahkan tak cukup untuk membeli makan layak, apalagi menabung. Tapi lebih sering, dagangan itu masih bersisa, dan Abah harus memilih memasak sisa hasil panen itu, atau tidur dengan perut kosong.



Punggung Abah tak lagi lurus. Sejak kecil, tulangnya melengkung karena kecelakaan yang tak pernah diobati. Kini, keranjang berat yang digendongnya terasa seperti beban dunia. Sering kali, jika dagangannya terlalu berat, Abah batuk keras hingga muntah darah. Ia terpaksa duduk lama di pinggir jalan, menunggu tubuhnya tenang. Tapi ia tetap bangkit. “Nggak tahu ini sakit apa. Belum pernah ke dokter. Nggak ada uang,” ucapnya pelan.



Setiap malam, Abah tidur di bilik kecil milik orang lain dindingnya dari bambu rapuh, atapnya dari lembaran seng tua, dan lantainya tanah lembap. Jika hujan turun, air merembes masuk lewat sela-sela, membasahi tikarnya yang tipis. Bila angin bertiup kencang, Abah hanya bisa meringkuk sambil berdoa malam itu berlalu dengan selamat.



Di dapur kecilnya, tidak ada kompor gas, hanya tungku sederhana. Jika kayu habis, Abah tak bisa masak. Kadang, sekalipun ada kayu, ia hanya merebus singkong atau memasak nasi tanpa lauk. Rasa lapar sudah jadi teman lama yang tak bisa ia hindari.


Saat ditanya apa yang ia harapkan, Abah hanya diam sejenak, lalu menunduk. Tak ada impian muluk. Tak ada harapan besar “Kalau boleh minta… Abah cuma pengin bisa makan tiap hari. Punya baju yang nggak bolong. Sama usaha kecil di rumah, biar nggak keliling lagi,” bisiknya lirih.

Itulah tiga hal yang Abah impikan. Hanya ingin menjadi manusia yang tak terus-menerus dihukum oleh kemiskinan. “Abah juga pengin berhenti jualan keliling. Kalau punya etalase kecil di depan rumah, orang bisa datang beli. Abah bisa duduk saja di rumah, nggak usah muter jauh-jauh lagi.”


Insan Baik, disaat banyak orang seusianya sudah duduk tenang bersama anak-cucu, menikmati teh hangat dan cerita sore, Abah justru harus menempuh langkah demi langkah, dalam sepi dan sakit, hanya untuk bertahan hidup.


Kita bisa hadir menjadi keluarga yang selama ini tak pernah ia miliki. Kita bisa membantu mengubah sisa hidup Abah menjadi lebih damai. Mari bantu Abah memiliki pakaian yang pantas, agar ia tak lagi menggigil di malam hari. Mari bantu Abah memiliki makanan yang layak, agar perut tuanya tak lagi terus menahan lapar. Mari bantu Abah mendapatkan modal usaha kecil, agar ia bisa tetap berdagang dari rumah tanpa memanggul keranjang dan mempertaruhkan nyawanya.


Satu kebaikan kecil darimu adalah awal dari hidup yang lebih layak bagi Abah. “Abah nggak pengin kaya. Cuma pengin hidup yang nggak terlalu berat di sisa umur ini.”


Disclaimer : Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk sandang pangan dan modal usaha Abah. Juga akan digunakan untuk penerima manfaat dan program sosial kemanusiaan lainnya dibawah naungan Amal Baik Insani.







Disclaimer : SharingHappiness.org tidak mewakili dan tidak bertanggung jawab atas segala bentuk informasi pada halaman campaign ini, karena informasi di atas sepenuhnya milik campaigner (penggalang dana).
Campaign ini belum memiliki info terbaru
Campaign ini belum memiliki Donatur

DONASI SEKARANG
Galang Dana sebagai Fundraiser

Jadi Fundraiser

Langkah Tua Difabel Tangguh Yang Berjuang Di Ujung Usia

Kp.pojok, Desa.purabaya, Kec.purabaya
Amal Baik Insani
Rp 0
terkumpul dari target Rp 50.000.000
0% tercapai 81 hari lagi
Bantu sebarkan via :
SHARES
Bantu campaign ini dengan menjadi Fundraiser
Jadi Fundraiser
Campaign ini mencurigakan? Laporkan
Mau galang dana online seperti ini? Gratis!
Embed Code
<iframe src="https://api.sharinghappiness.org/embed/perjuangandifabeltangguh" frameborder="0" width="100%" height="300"> </iframe>

Selamat campaignmu sudah live dan siap menerima donasi

Ajak teman dan keluarga untuk berdonasi dengan membagikan link dibawah ini

Copy

atau share via

facebook whatsapp

SharingHappiness.org

  • Syarat & Ketentuan
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Tim Kami

Donasi

  • Cara Donasi
  • FAQ

Program

  • Galang Dana
  • Campaign
  • Zakat

Yayasan Berbagi Bahagia

Jl. Jati Indah V No. 5 RT 10 RW 11
Kel. Gumuruh, Kec. Batununggal,
Kota Bandung, Jawa Barat 40275

SH Logo
© 2015-2025, Sharing Happiness All Reserved