
Meski Tak Bisa Melangkah Bu Ela Tetap Melangkah
terkumpul dari target Rp 50.000.000
Setiap pagi, sebelum matahari sempat menyapa perkampungan kecil, tampak sosok mungil duduk di beranda kontrakan sederhana. Di punggungnya tergantung keranjang berisi sayur-mayur, siap dijajakan. Namanya Bu Ela Nianty (41). Pagi bukan sekadar awal hari baginya melainkan perjuangan untuk bertahan hidup.
Bu Ela memulai harinya dengan merangkak, membawa keranjang sayur dari rumah ke rumah. Tak peduli panas menyengat atau hujan mengguyur, ia tetap melangkah bukan dengan kaki, melainkan dengan tangan dan lutut. Ia menyeret tubuhnya di atas tanah, melintasi jalanan kasar dan bebatuan tajam. Semua itu dilakukan demi satu hal yaitu agar bisa membawa pulang makanan dan obat untuk menyelamatkan suaminya yang tengah sakit parah.
Sejak kecil, Bu Ela mengalami kelumpuhan. Ia tak pernah bisa berdiri atau berjalan. Tangannya yang mungil dan lututnya yang rapuh menjadi tumpuan satu-satunya. Tapi bukan kondisi fisiknya yang membuatnya istimewa melainkan tekad dan cintanya yang tak pernah padam. “Saya hanya ingin suami bisa sembuh… dan kami bisa makan hari ini,” ujarnya lirih.
Pak Ruslan (41) Sang suami, dulunya tulang punggung keluarga, kini hanya bisa terbaring lemah di rumah. Kecelakaan kerja setahun lalu merenggut penglihatannya, melumpuhkan tubuhnya, dan menghentikan sumber penghasilan mereka. Sejak saat itu, seluruh beban keluarga dipikul oleh Bu Ela perempuan tangguh yang setiap hari menyeret tubuhnya di atas aspal dan batu demi mendapatkan beberapa lembar rupiah.
Kadang, dagangannya hanya menghasilkan Rp20.000. Itu pun kalau habis terjual. Tapi ia tak pernah mengeluh. “Saya nggak mau dikasihani… yang penting bisa dagang, bisa makan, bisa beli obat,” katanya.
Kini, tangan-tangannya mulai membengkak. Lututnya dipenuhi luka dan kapalan. Tapi ia tak berhenti. Setiap pagi ia tetap bangun, berdoa, berharap masih ada yang membeli dagangannya hari itu. Ia hanya ingin satu hal yaitu menyelamatkan suaminya dan menjaga keluarganya agar tidak runtuh sepenuhnya.
Di balik luka-luka itu, Bu Ela menyimpan harapan sederhana namun dalam “Saya cuma pengen bisa punya usaha kecil di rumah, biar nggak harus keliling lagi… biar saya bisa jaga suami saya sendiri. Saya pengen dia bisa berobat, bisa sembuh…”
Ia ingin memiliki usaha rumahan agar tetap bisa mencari penghasilan tanpa meninggalkan suaminya sendirian di rumah. Ia ingin sang suami bisa menjalani pengobatan, agar ada harapan untuk bangkit kembali.
Insan Baik, ini bukan sekadar kisah sedih, ini adalah jeritan harapan. Hari ini, mari kita jadi bagian dari perjuangan Bu Ela. Mari kita ringankan beban yang sudah terlalu lama ia pikul sendirian. Karena tidak semua pahlawan berdiri gagah di medan perang. Sebagian merangkak dalam diam demi cinta yang tak terbatas.
Discalimer : Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk modal usaha Bu Ela dan pengobatan suaminya. Juga akan digunakan untuk penerima manfaat dan program sosial kemanusiaan lainnya dibawah naungan Amal Baik Insani.

Meski Tak Bisa Melangkah Bu Ela Tetap Melangkah
terkumpul dari target Rp 50.000.000