Pasangan tuna netra asal Purwakarta, Pak Sudrajat (55) yang kerap disapa Pak Yaya dan istri tercintanya Ibu Ade (55). Mereka memiliki 3 anak yang masih sangat kecil.  

Setiap hari Pak Yaya berusaha banting tulang untuk memberi nafkah keluarganya dengan berjualan sarden. Menjajakan dagangannya dari satu tempat ke tempat lain dengan berjalan kaki.

Selama 1 tahun terakhir, mereka mencoba membuka panggilan pijat, tetapi langsung dihadapkan pada kondisi pandemi. Jarang sekali mereka menerima panggilan pijat, bahkan tidak ada. Pasalnya, keduanya tidak mempunyai klinik dan tidak memiliki plang untuk menginformasikan terkait adanya jasa layanan pijat.

Tempat huninya kini berupa kontrakan yang tidak bisa dikatakan layak untuk ditempati. Alasannya, dengan uang sewa yang cukup terjangkau, sebesar Rp 300 ribu per bulan. Namun itu pun seringkali menunggak dalam membayar kontrakan. Lokasi tepatnya berada di Kampung Bendul Sukatani Purwakarta.

Tidak pernah terpikirkan bagi mereka untuk “Turun ke Jalan”, baik mengemis ataupun mengamen. Rasa malu menjadi salah satu alasan mereka enggan turun ke jalan. Tapi situasi dan kondisi yang serba sulit pada akhirnya memaksa mereka untuk turun ke jalan.

Penghasilan keluarga ini tidak menentu, bahkan bisa tidak ada sama sekali. Mereka hanya bisa bergantung pada penghasilan mengamen 1 minggu sekali di Pasar Panjang Purwarkarta. Tapi kini, pasar tersebut tutup karena PPKM.

Pak Yaya dan Bu Ade berharap, mereka dapat pindah kontrakan dan menyewa sebuah tempat strategis untuk membuka jasa layanan pijat. Serta dapat membeli keperluan untuk kliniknya, salah satunya kasur pijat.

Pun, mereka ingin mempunyai warung sembako yang dapat dikelola bersama dengan anak pertama untuk bisa membantu. 

Maka dari itu, bantu wujudkan impian Keluarga kecil ini dengan sedikit berbagi dan berdonasi. Caranya:

1. Klik “DONASI SEKARANG”
2. Isi nominal donasi terbaik Sahabat
3. Pilih metode pembayaran
4. Bagikan kisah ini ke sorang-orang terdekat