
Demi Bertahan Hidup Sesak Napas Jalan 20 KM
terkumpul dari target Rp 100.000.000
"Jantung mbah sebenarnya sakit nak. Kadang-kadang sampai sesak. Saya pakai inhaler ini buat pengganti karena nggak ada uang buat beli obat” ucap Mbah Wasera.
Menjelang usia 70 tahun, Mbah Wasera masih bekerja keras mencari nafkah untuk keluarga dan cucu-cucunya. Mereka semua hidup di bawah garis kemiskinan. Tiap hari di jalanan mengais rongsokan untuk dijual ke pengepul demi sesuap nasi sekali sehari.
Mulai pukul 10 pagi Mbah Wasera berangkat dengan sebuah tongkat yang digunakan untuk menusuk botol atau plastik bekas. Ia pikul ransel yang berisi sekumpulan rongsokan dengan tubuh yang sudah bungkuk.
Ia susuri jalanan abaikan teriknya matahari atau hujan yang lebat. Kakinya yang ringkih melangkah 20 kilometer setiap harinya sampai perih karena lecet. Hingga akhirnya di pukul 6 sore ia akhiri dengan menjual rongsokan di pengepul dengan upah Rp20 Ribu.
Dari upah itu tentu nggak cukup untuk membiayai pengobatan jantung di rumah sakit. Mbah Wasera pilih tahan sakit dan sesak di dadanya sambil menghirup inhaler daripada libur mencari nafkah dan keluarganya kelaparan.
Sahabat, perjuangan Mbah Wasera di usia lanjutnya begitu berat dengan tubuh yang renta dan sakit-sakitan.

Demi Bertahan Hidup Sesak Napas Jalan 20 KM
terkumpul dari target Rp 100.000.000