
Keranjang Gorengan dan Doa di Ujung Jalan
terkumpul dari target Rp 60.000.000
Setiap pagi, di saat matahari baru saja naik, sosok seorang nenek bernama Mak Oom sudah mulai melangkahkan kakinya. Dengan tubuh renta dan langkah yang perlahan, ia membawa keranjang berisi gorengan sederhana buatan tangannya.
Dari rumah kontrakan kecil yang ia tinggali seorang diri, Mak Oom berjalan menyusuri gang-gang sempit, berkeliling kampung hingga ke jalan besar.

Hidupnya dijalani seorang diri, tanpa sanak saudara yang menemani. Kontrakan mungil yang ia huni menjadi satu-satunya tempat ia beristirahat setelah seharian berkeliling.
Dari hasil jualan gorengan itu, ia hanya mampu mendapatkan penghasilan sekitar 15 ribu rupiah per hari. Jumlah yang tak seberapa, namun cukup baginya untuk sekadar membeli beras dan kebutuhan harian.

Meski usianya sudah lanjut dan tubuhnya sering terasa lemah, Mak Oom tetap tegar. Setiap gorengan yang ia jajakan bukan hanya sekadar makanan, tapi juga menjadi saksi perjuangan hidupnya. Ia berharap dagangannya selalu laris, agar bisa bertahan hidup di tengah kesendiriannya.

Di balik kesederhanaan dan kesunyian hidupnya, Mak Oom menyimpan kekuatan besar: semangat untuk terus berusaha, meski dengan keterbatasan yang ia miliki.

Namun, di balik kesederhanaan itu, mak oom menyimpan sebuah harapan besar. Ia bermimpi bisa memiliki modal usaha sendiri. Dengan modal itu, ia ingin membeli bahan lebih banyak, mengembangkan dagangan, dan mungkin bisa membuka lapak kecil agar tidak perlu lagi berkeliling dengan langkah yang melelahkan.

Harapan sederhana itu menjadi penguat hatinya setiap kali ia menata gorengan hangat di keranjang. Bagi Mak oom, selama masih ada usaha dan doa, selalu ada jalan untuk memperbaiki hidup di sisa usianya.
Disclaimer: dana yang terkumpul akan di gunakan oleh Mak Oom untuk kebutuhan sehari-hari,modal usaha,dan untuk mendukung penerima manfaat lainya di bawah naungan YAYASAN LENTERA PIJAR KEBAIKAN.
Keranjang Gorengan dan Doa di Ujung Jalan
terkumpul dari target Rp 60.000.000
