
Keripik Mentah Dan Doa Yang Takpernah Padam
terkumpul dari target Rp 60.000.000
Setiap pagi, sebelum matahari sepenuhnya naik, seorang nenek bernama Mak Mimi sudah mulai menyalakan tungku kayu bakar di dapurnya yang sederhana. Usianya sudah renta, rambutnya memutih, dan tubuhnya sedikit bungkuk. Namun semangatnya tidak pernah padam. Dengan tangan keriput yang masih lincah, ia mengaduk adonan singkong parut yang nantinya akan menjadi keripik dan opak.

Mak Mimi membuat semua itu dengan caranya sendiri, tanpa mesin, hanya mengandalkan tenaga dan kesabaran. Ia menumbuk, menjemur, lalu memanggang dengan bara api agar keripik dan opaknya gurih serta renyah. Setiap lembaran opak yang kering, ia tata rapi ke dalam wadah plastik sederhana. Walau tampak sederhana, hasil buatannya punya rasa khas yang sulit ditandingi.

Sekitar pukul sembilan pagi, Mak Mimi berangkat keluar rumah membawa dagangannya. Ia tidak punya gerobak atau sepeda, hanya tas kain besar yang digendongnya. Dengan langkah perlahan dan sering diselingi istirahat, ia berkeliling kampung menawarkan keripik dan opak buatan tangannya. Suaranya lirih namun penuh harap, "Keripik... opak... ayo beli, Nak..."

Sebagian warga sudah mengenalnya dengan baik. Banyak yang sengaja membeli bukan hanya karena rasanya, tapi juga karena rasa iba melihat perjuangan seorang nenek tua yang masih gigih mencari nafkah. Namun meski begitu, dalam sehari paling banyak Mak Mimi hanya membawa pulang uang sekitar lima belas ribu rupiah. Uang itu ia simpan hati-hati dalam dompet lusuhnya, untuk membeli beras, minyak, atau sedikit sayur untuk makan malam.

Mak Mimi tidak pernah mengeluh. Baginya, bisa tetap bekerja dengan tangan sendiri sudah merupakan bentuk syukur. Meski tubuhnya sering pegal, dan kadang kakinya terasa sakit, ia tetap berusaha bangkit keesokan harinya untuk kembali membuat keripik dan opak.
Di sela-sela istirahatnya, Mak Mimi sering berdoa agar diberi kesehatan, supaya tangannya tetap kuat mengaduk adonan, dan kakinya tetap bisa melangkah walau pelan. Harapannya sederhana, ia ingin tetap bisa mandiri, tidak merepotkan anak-anaknya, dan terus menjajakan hasil keringatnya sendiri.

Hidup Mak Mimi memang jauh dari kemewahan, tapi dari setiap keripik dan opak yang ia buat dengan penuh ketekunan, tersimpan kisah keteguhan hati seorang nenek yang tak pernah menyerah melawan kerasnya hidup.
Disclaimer: dana yang terkumpul akan di gunakan oleh Mak Mimi untuk kebutuhan sehari-hari,modal usaha,dan untuk mendukung penerima manfaat lainya di bawah naungan YAYASAN LENTERA PIJAR KEBAIKAN.
Keripik Mentah Dan Doa Yang Takpernah Padam
terkumpul dari target Rp 60.000.000
