Abah Udang, kakek berusia 60 tahun itu, setiap hari memulai harinya sejak pagi buta. Saat matahari baru muncul di ufuk timur, ia sudah menyiapkan perlengkapan sol sepatu yang sederhana — jarum besar, benang, potongan kulit, dan alat tambal yang sudah usang dimakan waktu. Dengan langkah perlahan, ia mulai berkeliling dari satu kampung ke kampung lain, menawarkan jasanya kepada siapa pun yang membutuhkan.

Perjalanan Abah Udang tidaklah dekat. Ia sering berjalan sangat jauh, menelusuri jalanan yang panas di siang hari dan becek saat hujan turun.

 Kakinya yang mulai rapuh sering terasa nyeri, bahkan kadang harus berhenti sejenak karena tak kuat menahan sakit. Tapi ia tetap melanjutkan langkah, sebab kalau tidak bekerja, tidak ada uang yang bisa dibawa pulang.

Matanya kini sudah tidak seterang dulu. Setiap kali ia menunduk memperbaiki sepatu, air mata terus mengalir — bukan karena kesedihan, melainkan karena kelelahan dan penglihatannya yang makin memudar. Hari demi hari, matanya semakin kabur hingga kini ia menjadi picek. Namun Abah tetap bertahan, dengan sisa penglihatan yang ada.

Abah pergi merantau sudah puluhan tahun ia aslinya tinggal di kampung yaitu garut, dan ia merantau bersama teman nya dan ia tinggal di kontrakan yang hanya ada kamar nya saja tidak ada kamar mandi, dapur, abah sendiri ketika ingin makan ia hanya bisa membelinya di warung karna tidak ada dapur di kontrakannya. 

Setiap sore, setelah seharian berjalan jauh, ia baru pulang dengan tubuh yang lelah dan napas yang berat.

 Dari hasil jerih payahnya, Abah hanya membawa pulang uang sekitar 15 sampai 20 ribu rupiah per hari — itulah yang ia gunakan untuk makan dan sekadar bertahan hidup.

Meski penghasilan itu tak seberapa, Abah Udang tidak pernah berhenti bersyukur.

 Ia percaya, rezeki kecil yang diperoleh dengan keringat dan ketulusan jauh lebih berharga daripada sekadar angka besar tanpa perjuangan. Dalam langkah tuanya yang tertatih, Abah Udang menyimpan semangat yang tak pernah padam — semangat untuk terus hidup dengan kerja keras dan keteguhan hati.

Teman Berbagi, Maukah mengulurkan sedikit bantuan untuk keluarga abah Undang, sedikit bantuan kalian akan sangat berarti bagi abah dan juga keluarga.