
Roda Kecil Jejak Perjuangan Abah Jasa semir di Trotoar
terkumpul dari target Rp 60.000.000
Di sebuah pinggir kota kecil yang tak pernah benar-benar sunyi, setiap pagi terlihat sosok lelaki renta mendorong sebuah kursi beroda sederhana. Dialah Abah Aan, 67 tahun, penyandang disabilitas yang tetap berjuang meski hidup telah berkali-kali mengujinya.

Dulu, sebelum hidupnya berubah, Abah adalah penjual keripik keliling. Ia mengambil keripik dari seorang kenalan, lalu berjalan menyusuri kampung, menawarkan dagangannya dengan senyum yang tak pernah hilang. Tapi di balik langkahnya yang pelan, ada rasa ngilu yang terus menggerogoti. Kakinya terkena diabetes, lalu infeksi, dan tiap kali Abah berjalan, ia seperti menggusur luka yang semakin membusuk. Namun ia tak pernah mengeluh—baginya, selama ia masih bisa menghidupi diri sendiri dan tidak menyusahkan orang lain, ia akan terus berjalan.

Hingga suatu hari, infeksinya tak bisa lagi diselamatkan. Di saat semua terasa gelap, Allah mengirimkan seorang dermawan yang membantunya menjalani amputasi. Prosesnya berat, menyakitkan, tapi Abah menerimanya dengan pasrah. Ia kehilangan kakinya, tetapi tidak semangatnya.
Setelah pemulihan, Abah mulai belajar kembali mencari nafkah. Ia memilih membuka usaha semir sepatu keliling, menggunakan sebuah roda yang ia duduki sambil mendorongnya perlahan. Penghasilannya hanya 15–20 ribu rupiah per hari—kadang kurang, jarang sekali lebih. Ia tinggal di rumah adik bungsunya, karena sejak istrinya meninggal, ia tak lagi memiliki tempat yang bisa ia sebut rumah. Namun adiknya menerimanya dengan ikhlas, meski Abah selalu merasa tak ingin merepotkan siapa pun.

Saat ditanya apa yang ia rasakan ketika mendorong roda itu keliling kampung, wajah Abah menunduk perlahan.
“Capek, Nak…” ucapnya lirih.
Napasnya pendek, dada kadang terasa sesak akibat penyakit paru-paru yang ia derita.
Kakinya yang sudah diamputasi pun masih sering terasa berdenyut—nyeri hantu yang tak pernah hilang, seperti kaki itu masih ada dan terus meminta perhatian.
Tangannya pun pegal setiap hari, karena ia harus mendorong roda itu agar tetap maju.

Namun meski tubuhnya merintih, hati Abah tetap mencoba kuat.
Saat ditanya apa harapan yang paling ia inginkan, Abah menggenggam ujung baju lusuhnya, matanya berkaca-kaca.
“Abah cuma pengen punya usaha di satu tempat berjualan sembako di ruko kecil jadi Abah nggak perlu keliling lagi. Biar Abah bisa duduk, melayani orang yang datang. Abah cuma pengen hidup tenang… seperti orang lain.”

Keinginan yang sederhana—tempat kecil untuk bekerja tanpa harus melawan sakit setiap hari. Tempat di mana ia bisa tersenyum tanpa menahan napas. Tempat di mana tubuhnya yang renta bisa beristirahat, tetapi hati tetap merasa berguna.
Itulah cerita Abah Aan.
Seseorang yang mungkin terlihat lemah, namun menyimpan kekuatan yang tak semua orang mampu miliki: kekuatan untuk tetap berjalan meski hidup berkali-kali membuatnya jatuh.
Disclaimer: dana yang terkumpul akan di gunakan oleh Abah Aan untuk kebutuhan sehari-hari,modal usaha,dan untuk mendukung penerima manfaat lainya di bawah naungan YAYASAN LENTERA PIJAR KEBAIKAN.
Roda Kecil Jejak Perjuangan Abah Jasa semir di Trotoar
terkumpul dari target Rp 60.000.000
