
sebungkus kerupuk segunung harapan
terkumpul dari target Rp 60.000.000
Setiap pagi, tepat pukul 7, seorang kakek renta bernama Abah Endin sudah mulai melangkah meninggalkan rumah kecilnya yang berdinding papan rapuh.
Di pundaknya tergantung dua plastik
berisi kerupuk, sementara tongkat kecil di tangannya menjadi penopang setia bagi tubuhnya yang mulai rapuh dimakan usia.

Usianya sudah 75 tahun, tapi setiap hari Abah masih berjalan kaki berkilo-kilometer menyusuri jalanan panas dan berdebu. Langkahnya pelan, kadang terseret, karena kakinya sering sakit akibat terlalu lama menempuh jarak jauh. Tapi meski rasa nyeri sering menusuk hingga betis, Abah tetap memaksakan diri. “Kalau tidak jalan, tidak makan,” begitu katanya pelan setiap kali ada yang menyuruhnya beristirahat.

Sehari penuh Abah berkeliling, dari satu kampung ke kampung lain. Panas, hujan, bahkan jalan menanjak, semua dilaluinya tanpa keluhan. Saat tengah hari, ia akan berhenti sejenak di bawah pohon, membuka bekal nasi dengan sambal dan garam seadanya. Kadang, Abah hanya duduk menatap jalan sambil menahan rasa perih di kakinya.

Setiap malam, saat jarum jam menunjuk pukul 7 malam, barulah Abah pulang. Tubuhnya lunglai, pundaknya terasa berat, tapi yang lebih berat adalah isi hatinya. Dari seharian berjualan, penghasilannya hanya sekitar 15 sampai 50 ribu rupiah bersih — tergantung seberapa banyak orang yang mau membeli.
Di rumah, kesunyian menyambutnya. Sudah beberapa tahun istrinya meninggal dunia, dan sejak saat itu, rumah kecil itu terasa hampa. Setiap kali ingat memori tentang istrinya, air mata Abah selalu jatuh tanpa bisa ditahan.
> “Mak... kalau masih ada, pasti Abah nggak sendirian begini,” bisiknya lirih, suaranya bergetar menahan rindu.

Di tengah kesepiannya, Abah masih menyimpan harapan sederhana — harapan yang ia panjatkan setiap malam sebelum tidur:

> “Ya Allah... kalau Engkau izinkan, berilah Abah sedikit rezeki, biar Abah bisa punya modal sendiri. Biar Abah jualan kerupuk milik sendiri, bukan ngambil dari orang lain lagi...”
Bagi banyak orang, mungkin harapan itu kecil. Tapi bagi Abah Endin, itulah impian besar di sisa hidupnya.
Ia ingin bisa berdiri dengan usahanya sendiri, meski hanya dengan modal secuil, agar langkah-langkah tuanya tak lagi seberat sekarang.
Disclaimer: dana yang terkumpul akan di gunakan oleh abah endin untuk kebutuhan sehari-hari,modal usaha,dan untuk mendukung penerima manfaat lainya di bawah naungan YAYASAN LENTERA PIJAR KEBAIKAN.
sebungkus kerupuk segunung harapan
terkumpul dari target Rp 60.000.000
