
Lansia Sebatang Kara Bertahan Hidup Dari Semilah Sampah
terkumpul dari target Rp 60.000.000
Setiap pagi, ketika sebagian orang masih sibuk bersiap untuk berangkat kerja atau sekolah, Abah Cucu sudah lebih dulu memulai harinya. Dengan pakaian lusuh dan topi usang yang menutupi rambut putihnya, ia mendorong gerobak tua beroda dua menyusuri gang-gang kecil di kampung.
Abah Cucu bukan pemulung biasa. Di usia yang sudah lebih dari 76 tahun, ia tetap bersemangat mengais rezeki dari sisa-sisa barang yang dibuang orang. Botol plastik, kardus bekas, kaleng minuman, atau kadang perabot rusak yang sudah tak terpakai, semuanya ia kumpulkan dengan sabar dan telaten. Hasil dari barang-barang itu ia jual ke pengepul. Dalam sehari, penghasilannya tidak menent—kadang hanya sepuluh ribu, kadang bisa sampai dua puluh ribu rupiah.
Meski kecil, Abah Cucu tidak pernah mengeluh. “Yang penting halal dan bisa buat makan,” begitu katanya sambil tersenyum. Tak ada rasa malu di wajahnya. Justru, ada keteguhan hati dan rasa ikhlas yang terpancar dari tatapan matanya.
Abah tinggal di rumah kecil berdinding kayu di ujung gang. Sudah lama ia hidup seorang diri. Istrinya telah lama meninggal, dan anak-anaknya merantau jauh. Sesekali mereka mengirim kabar dan sedikit uang, tapi Abah lebih senang mengandalkan tenaganya sendiri.
“Daripada hanya duduk diam, lebih baik bergerak. Badan jadi sehat, hati pun senang,” ucapnya suatu pagi saat sedang beristirahat di bawah pohon rindang, sambil meneguk air dari botol bekas yang ia cuci bersih.
Warga sekitar sudah mengenal baik sosok Abah Cucu. Banyak yang menghormatinya karena kerja keras dan kerendahan hatinya. Anak-anak sering menyapa dan memberi salam saat melihatnya lewat. Terkadang ada juga yang memberikan makanan atau minuman.
Bagi Abah Cucu, hidup bukan soal seberapa banyak yang dimiliki, tapi seberapa besar kita bisa bersyukur dan tetap berbuat baik. Ia adalah contoh nyata bahwa usia bukan penghalang untuk tetap berusaha. Di balik langkah tuanya, tersimpan kekuatan dan ketulusan yang tak semua orang miliki.
Abah Cucu mungkin hanyalah seorang pemungut sampah, tapi kisah hidupnya menyimpan pelajaran besar: tentang kejujuran, kerja keras, dan hati yang selalu bersyukur.
Kini Harapan abah satu satu nya adalah ia ingin berhenti menjadi tukang sampah karna usianya yang tidak mendukung serta ia sering sakit pinggang dan kaki,dan ia ingin memiliki modal untuk ia usaha agar ia bisa tetap mencari uang meski tidak keluar rumah lagi.
Teman Berbagi, maukah kalian membantu meringankan beban yang di pinggul abah Cucu? Sekecil apapun bantuan dari kalian akan sangat berarti untuk abah Cucu.
Disclaimer: dana yang terkumpul akan di gunakan oleh abah cucu untuk kebutuhan sehari-hari,modal usaha,dan untuk mendukung penerima manfaat lainya di bawah naungan YAYASAN LENTERA PIJAR KEBAIKAN.

Lansia Sebatang Kara Bertahan Hidup Dari Semilah Sampah
terkumpul dari target Rp 60.000.000