Di usia senja, seharusnya mereka menikmati ketenangan. Namun bagi banyak lansia dhuafa, hidup mereka masih penuh perjuangan. Tanpa penghasilan tetap, tanpa keluarga yang mendampingi, mereka berjuang untuk bertahan hidup.

Stasiun kereta menjadi saksi perjuangan Pak Supardi (60 tahun) hidup sebagai porter di Stasiun Bandung, mengayuh sepeda dari tempat tinggalnya dengan jarak tak kurang 26 KM pulang pergi memeras keringatnya bahkan sebelum memulai bekerja menjemput rezeki.

Karena banyaknya porter, Pak Pardi mendapat giliran bekerja setiap 2 hari sekali dengan jam kerja 24 jam, maka untuk beristirahat meluruskan punggung ia harus meminta izin khusus bermalam di masjid beralaskan kardus bekas

Seperti kisah, Abah Tolib (64 tahun), setiap hari bekerja 12 jam untuk sekedar memenuhi kebutuhan. Sejak pagi sekali bah Tolib sudah keluar rumah mengumpulkan barang rongsok dan plastik bekas yang bisa dijadikan uang, siangnya abah jualan es mambo berkeliling.

Abah tinggal di kontrakan petak dengan istri dan kedua anaknya, berhimpit berbagi tempat, jika hujan datang suasana semakin tidak nyaman karena atap rumahnya bocor sana sini dan hanya bisa di tutup terpal.

Abah Sumarna (72tahun) adalah salahsatu lansia tangguh yang berjuang untuk melanjutkan hidup dan menghidupi keluarga. Menjadi penjual peci keliling selama 15 tahun dengan berjalan kaki.

Kita bisa menjadi harapan bagi mereka. Melalui bantuan kita, mereka bisa mendapatkan kebutuhan dasar seperti makanan, obat-obatan dan tempat tinggal yang lebih layak. Bahkan, kita bisa membantu mereka tetap berdaya dengan pelatihan keterampilan sederhana yang sesuai dengan kemampuan mereka.

Disclaimer: selain kepada beberapa penerima manfaat diatas, hasil donasi akan disalurkan kepada lansia pejuang nafkah lainnya, dan pasien Rumah Singgah yang belum maupun yang sudah digalang oleh Yayasan Saling Berbagi.