
Bantu Abah Tukang Sol Berdaya Di Masa Tuanya
terkumpul dari target Rp 50.000.000
Setiap pagi, langkah pelan itu kembali menyusuri jalanan Garut. Jalan kaki sejauh 30 kilometer setiap hari, Abah Deni (60) menjajakan jasa sol sepatu dari rumah ke rumah—dengan tarif seikhlasnya. Kadang dibayar Rp10 ribu, kadang Rp15 ribu… kadang hanya senyuman yang ia bawa pulang.
Sejak duduk di bangku kelas 2 SD tahun 1973, Abah sudah menekuni profesi ini.
Hingga hari ini, ia masih setia berjalan, meski tubuhnya mulai membungkuk dan langkahnya kini pincang. Sejak lahir, ia hidup dengan satu mata—mata kirinya buta. Tapi tak sekalipun itu menghentikannya untuk terus mencari nafkah.
Setiap Jumat, ia berhenti. Bukan untuk istirahat mewah, tapi sekadar mengumpulkan tenaga agar esoknya bisa kembali berjalan.
Abah tinggal bersama istrinya di rumah peninggalan mertua. Mereka tak dikaruniai anak. Sang istri, meski tak bekerja, juga sedang berjuang: menderita migrain parah yang kambuh saat kelelahan, membuatnya harus sering terbaring dan bergantung penuh pada Abah.
Penghasilan yang sedikit itu harus cukup untuk makan, untuk listrik, untuk berobat, untuk hidup.
“Kalau ada rezeki lebih,” kata Abah lirih,
“Saya pengen punya modal usaha di rumah… biar gak harus keliling sejauh ini.”
“Dan biar istri bisa diobati.”
Usia boleh senja, tubuh boleh rapuh, tapi semangat Abah tak pernah padam.
Yang dibutuhkannya bukan belas kasihan… tapi secuil dukungan agar ia dan istri bisa hidup lebih tenang.
Hari ini, kita bisa hadir.
Untuk bantu Abah Deni tak harus terus berjalan sejauh itu…
Untuk bantu agar rumah kecil mereka bisa tetap berdiri dengan harapan.
Donasi sekecil apa pun, bisa jadi langkah besar untuk Abah dan istrinya
.
Mari bantu perjuangan yang sudah dimulai sejak 50 tahun lalu… dan masih terus berjalan hingga kini.

Bantu Abah Tukang Sol Berdaya Di Masa Tuanya
terkumpul dari target Rp 50.000.000