
Bantu Pejuang Nafkah Difabel Sebatang Kara Tetap Makan
terkumpul dari target Rp 50.000.000
“Yang penting bisa jualan, walaupun susah. Kalau cukup buat makan hari ini, Alhamdulillah…” ungkap Pak Ali dengan suara lirih.
Di usianya yang sudah 60 tahun, Pak Ali menjalani hidup sendirian di kota Bandung, jauh dari keluarga dan kampung halamannya di Brebes. Ia tinggal di sebuah kontrakan kecil berukuran hanya 80 cm × 1,7 meter di kawasan BKR. Dengan biaya sewa Rp150.000 per bulan, kontrakan sederhana ini menjadi satu-satunya tempat berlindung bagi pria yang sebatang kara ini.
Lima tahun lalu, kecelakaan tragis merenggut salah satu kakinya. Sejak saat itu, Pak Ali harus menjalani hidup dengan satu kaki. Namun, keterbatasan fisik ini tidak menyurutkan semangatnya. Dengan langkah tertatih-tatih, ia tetap berjualan, menempuh jarak lebih dari 10 kilometer setiap hari untuk menjajakan dagangannya.
kadang dapat Rp30.000 sampai Rp40.000 sehari kalau laku semua. Tapi kalau sepi, ya seadanya aja, yang penting bisa makan,” ceritanya sambil menahan lelah. Makan pun seringkali hanya nasi putih dengan kerupuk atau sambal.
Meskipun lelah, Pak Tohirin tidak menyerah. Ia memiliki dua harapan besar: mendapatkan kaki palsu agar bisa lebih mudah beraktivitas dan gerobak kecil untuk mempermudah berjualan.
“Kalau punya kaki palsu, saya bisa jalan lebih jauh tanpa terlalu capek. Kalau ada gerobak, jualannya juga lebih ringan,” ungkapnya penuh harap.
Setiap malam, Pak Ali kembali ke kontrakannya yang pengap dan sempit, mencoba beristirahat untuk memulai perjuangan esok hari. Di balik semua keterbatasannya, ia tetap berusaha bertahan hidup dengan segala kekuatan yang dimilikinya.
#Para Penderma, mari kita bantu Pak Ali yang sebatang kara ini. Bantuan Anda dapat menjadi langkah besar untuk meringankan hidupnya, memberikan harapan baru, dan membantu mewujudkan impiannya.

Bantu Pejuang Nafkah Difabel Sebatang Kara Tetap Makan
terkumpul dari target Rp 50.000.000