Dengan tubuh yang sudah renta yang seharusnya bisa menikmati hari tua, Mbah justru masih harus berjualan Polo pendem (Ubi-ubian) berjalan tertatih demi sesuap nasi. Dan demi bisa terus memperjuangkan suami yang lumpuh selama 10Tahun.

Di balik tubuh renta yang berjalan tertatih, tersimpan keteguhan hati seorang pejuang Hidup. Mbah Ruminah (80 tahun), setiap hari masih harus berjualan di pinggir SPBU demi sesuap nasi dengan penghasilan yang tidak pasti hanya 15rb-25 itu pun tidak setiap hari.

Bukan untuk dirinya semata, melainkan untuk suami tercinta yang kini terbaring lumpuh karena stroke. Di usia yang seharusnya menikmati masa tenang, Mbah Ruminah justru berjuang keras menanggung beban hidup keluarganya.

Mbah Ruminah dan suami numpang bertempat tinggal di rumah cucunya, Namun ekonomi dari cucunya ini juga masih jauh untuk di katakan cukup karena cucu mbah ruminah ini hanya bekerja sebagai kuli serabutan.

Karena sedari kecil tidak ada yang merawat nya dan hanya mbah Ruminah dan suami yang mau merawat membesarkan sampai menyekolahkan nya, akhirnya kini cucu mbah ruminah merasa punya hutang budi dan bersama merawat suami dari mbah ruminah yang lumpuh tidak bisa apa-apa lagi.

Setiap hari mbah berjalan jauh dari rumah menuju pom bensin, meski napasnya sering sesak dan tulang-tulangnya ngilu karena kelelahan. Di tengah teriknya matahari dan dinginnya malam, dagangan kecilnya sering tak laku. Tak jarang, Mbah Ruminah hanya bisa tertidur di pinggir pom sambil menunggu pembeli yang tak kunjung datang.

Hidupnya begitu sederhana, penuh keterbatasan, namun juga penuh cinta dan keteguhan hati. Meski tubuhnya kian rapuh, ia tetap memilih berjuang, agar dapur tetap berasap dan suaminya tak kelaparan.

Mari kita hadir menjadi cahaya di hari senja Mbah Ruminah. Uluran tangan kita bisa menjadi harapan baru, meringankan beban, dan menghadirkan senyum yang mungkin sudah lama tertahan.

✨ Mari bantu Mbah Ruminah menikmati masa tua dengan layak, tanpa harus lagi menahan lapar dan kelelahan di usia senjanya.