“Dengan keterbatasan nya mas hasan tidak pasrah dengan keadaan justru menjadikan acuan semangat untuk nya agar bisa hidupi keluarga kecil nya.

Mas Hasan berjualan demi memenuhi ekonomi keluarga meski fisik tak sempurna tak menjadikan nya alasan untuk bermalas malasan, seringkali Mas Hasan mendapat ejekan “kenapa tidak ngemis aja dari pada jualan koran”. Tapi Mas Hasan tetap berjualan dan tidak menggantungkan hidupnya dari hasil ngemis. Karena menurutnya dia lebih nyaman jualan daripada ngemis.

Dibawah terik matahari yang panas dan debu jalanan, Mas Hasan menawarkan koran kepada para pengendara yang berhenti di lampu merah. Pernah suatu hari pas jualan mas hasan di tabrak oleh pengendara motor yang lalu lalang di perempatan lampu merah yang membuat tongkat nya patah “saya sudah di pinggir mas mungkin pengendara motor itu belok mendadak tidak melihat keberadaan saya jadinya ga sengaja nabrak saya” Begitu ucap mas hasan. 

Mas Hasan tinggal dengan istrinya di kos-kosan yang sudah beberapa bulan menunggak belum bisa bayar dan terancam akan di usir pemilik kos jika tidak segera membayarnya. Upah dari jualan koran tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan nya sehari hari setiap koran yang ia jual mas hasan mendapat kan upah sebesar 1.500 di kali berapa koran yang ia bawa namun itu hanya cukup untuk makan sehari-hari dengan sang istri,lalu dari mana mas hasan bisa membayar kos-kosannya? 

Meski seringkali di posisi sulit, tapi mas Hasan tetap semangat berjualan demi mencari nafkah. Istri mas hasan juga sama-sama tunanetra sama seperti mas hasan. Tapi mas hasan tetap bersyukur karena sang istrinya tetap setia menemani mas hasan dan menjadi semangat untuk mas hasan terus berjualan.

#OrangBaik, yuk bersama-sama kita ringankan beban hidup mas Hasan dan istri agar bisa hidup lebih layak.