
Pantang mengemis Lansia memilih keliling jualan balon
terkumpul dari target Rp 90.000.000
Sosok inspiratif itu adalah Mbah Samijo yang kini bekerja sebagai penjual balon keliling kota. Di usianya yang menginjak 63 tahun ia masih harus berjuang untuk menyambung hidup.
Usia yang tak muda lagi membuat fisiknya sering kelelahan. Tubuh rentanya selalu ia paksakan untuk bersepeda keliling berkilo-kilo meter jauhnya.

Setiap hari ia membawa barang dagangan di sepedanya, mengayuh sepeda jauh menjajakan balon – balonnya. Mbah menyusuri jalanan sejauh 30 kilometer berkeliling di perkampungan hingga menuju perkotaan. Beliau meneriakkan dagangannya dengan suara yang sudah melemah. Mbah seringkali berhenti untuk beristirahat dan menyeka keringatnya.
Beliau seringkali kelelahan tak kuat namun beliau hiraukan. Dalam benaknya hanya terfikir bagaimana caranya agar bisa makan pada hari itu bersama istrinya yang sedang memulung barang bekas demi bertahan hidup berdua.

Sedihnya, balon yang Mbah jual hanya seharga 10 ribu rupiah per biji. Mbah membawa 5-10 balon yang diikat pada kayu berukuran 1 meter di bagian belakang sepedahnya.
"Biasanya sehari cuma dapat 10 ribu. Kadang mbah kasih balon ke anak-anak kalau ndak laku, soalnya ada anak yang sampe nangis-nangis minta balon tapi ibunya ndak ada uang, kasian", ucap Mbah sambil tersenyum.
Setiap hari Mbah berjalan sangat jauh. Saking jauhnya Mbah seringkali tidur di pinggiran jalan hanya menggunakan sandal untuk menadahkan kepalanya.

Mbah Samijo berharap memiliki usaha lain yang bisa mbah jalani. Hingga tak perlu berjalan mengayuh sepeda jauh mengingat usia yang tak lagi muda. Namun apa daya, untuk makan sehari-hari saja sulit apalagi untuk memperbaiki rumah.
Hanya usaha dan doa yang tak pernah putus dari Mbah Samijo agar kehidupannya bisa menjadi lebih baik.
Pantang mengemis Lansia memilih keliling jualan balon
terkumpul dari target Rp 90.000.000
