Namaku Adi Saputra tinggal di Bandung Barat, Jawa Barat. Aku berusia 24 tahun usia di mana seharusnya aku sedang mengejar mimpi, bekerja keras, dan membuat orang-orang terkasihku bahagia.

Tapi takdir membawaku ke jalan yang berbeda… Sejak usiaku baru delapan bulan, hidupku berubah. Kedua orangtuaku memutuskan untuk berpisah. Aku terlalu kecil untuk mengerti arti kata “cerai”, tapi aku tahu rasanya tidak memiliki tempat pulang yang utuh.

Sejak saat itu, aku tinggal bersama Nenek dan Kakek, mereka adalah dua manusia luar biasa yang menyisihkan sisa tenaganya untuk membesarkanku. Mereka yang menyuapi, memeluk, menggendongku saat demam, dan meninabobokkan segala kesedihanku.

Kami hidup sederhana. Sangat sederhana, tapi aku tak pernah merasa kekurangan cinta. Nenek berjualan tisu dan air mineral di pinggir jalan. Kakek bekerja sebagai penjaga makam dan buruh serabutan, yang kadang mendapat panggilan kerja dan lebih sering tidak. Meski hidup serba pas-pasan, aku tumbuh dengan penuh kasih. Aku bersyukur. Sangat bersyukur.

Saat lulus SMA, aku sempat merasa bangga. Aku berpikir, "Ini saatnya aku membalas semua kebaikan mereka. Ini saatnya aku menggantikan lelah mereka." Bahkan saat tubuhku mulai melemah, aku tetap berusaha membantu. Aku ikut berjualan bersama Nenek meski harus duduk di kursi roda. Panas matahari tak kupedulikan. Yang penting aku bisa sedikit meringankan beban orang-orang yang kucintai.

Namun, satu persatu harapan itu direnggut perlahan... Awalnya, hanya sakit kepala biasa. Tapi lama-kelamaan, rasa sakit itu jadi sangat menyiksa. Telingaku berdenging tanpa henti, napasku terasa berat, dan tubuhku bergetar tanpa kendali. Hingga suatu hari aku ambruk, darah mengucur dari hidungku dan aku tak sadarkan diri.

Hari itu, dokter memberiku sebuah vonis yang mengubah segalanya yaitu Malignant Neoplasm Of Nasopharynx, Unspecified (Kanker Nasofaring). Aku terdiam tak tahu harus berkata apa. Yang terlintas hanya satu “Maaf, Nek. Maaf, Kek. Aku belum sempat membahagiakan kalian.”

Sejak saat itu, aku menjalani berbagai pengobatan yaitu radioterapi, kemoterapi, dan serangkaian pemeriksaan medis. Meski biaya pengobatan utama ditanggung BPJS, banyak sekali kebutuhan lain yang tak bisa ditutupi, makanan bernutrisi, vitamin, transportasi bolak-balik rumah sakit, popok dewasa, hingga perawatan harian.

Kini, tubuhku tak lagi seperti dulu. Bahkan untuk duduk di kursi roda saja aku tak sanggup. Aku hanya bisa terbaring di tempat tidur, menahan rasa sakit yang tak bisa kuungkapkan dengan kata-kata

Nenek kini harus merawatku sendirian. Ia yang renta dan sering sakit sendiri harus memandikanku, menyuapiku, mengganti pakaianku, membersihkan tubuhku yang tak bisa lagi bergerak. Dan Kakek, di usia tuanya, masih berusaha mencari uang dengan menjadi kuli harian.

Terkadang aku menangis diam-diam. Bukan karena aku takut mati, tapi karena aku merasa telah menjadi beban bagi mereka yang sangat kucintai. Dulu aku ingin membahagiakan mereka… sekarang aku bahkan tak bisa memeluk mereka dengan erat karena tubuhku terlalu lemah untuk itu.

Namun, meski sakit ini menyiksaku setiap hari, aku tetap berpegang pada satu hal yaitu “Harapan.”

Aku masih ingin hidup. Aku masih ingin sembuh. Aku masih ingin melihat Nenek dan Kakek tersenyum bahagia karena aku bisa sembuh dan berdiri kembali. Aku masih ingin membuktikan bahwa semua pengorbanan mereka tak sia-sia.

Insan Baik, Adi tak bisa melawan ini sendirian.

Hari-harinya penuh perjuangan, tapi ia tak pernah meminta-minta. Ia hanya berharap… ada yang peduli. Ada yang bersedia membantu. Ada yang sudi mendengarkan dan ikut menopang semangatnya. Dan kini kita bisa jadi bagian dari harapan itu.

Dengan sedikit rezeki yang kita sisihkan, kita bisa bantu Adi mendapatkan nutrisi yang ia butuhkan, biaya transportasi ke rumah sakit, perawatan, dan alat bantu medis yang sangat penting untuk kelangsungan hidupnya. “Karena seberkas harapan dari kita bisa menjadi cahaya di tengah kegelapan yang sedang ia hadapi.”

Disclaimer: Donasi akan digunakan untuk membantu pembiayaan pengobatan Adi, kebutuhan harian dan nutrisi, serta mendukung program dan penerima manfaat lain di bawah pengawasan Yayasan Amal Baik Insani.