Pada April 2020 lalu Aqila terjatuh saat bermain, kakinya luka dan mengeluarkan darah. Setelah jatuh keesokan harinya Aqila mulai demam dan lemas selama 2 minggu.

Namun tak kunjung membaik, keadaan Aqila semakin lemas, akhirnya ibu Aqila memberanikan diri untuk membawanya ke RS walaupun saat itu tidak memiliki uang sama sekali dan ayah Aqila pun sedang di Makassar saat itu untuk bekerja.

Setelah sampai di RS dan diperiksa ternyata HB 3.0 gr/dl yang membuat Aqila lemas dan pucat. Ia tidak bisa menggerakkan badannya, sendi-sendinya terasa ngilu.

Luka di kaki pun walau kecil tak kunjung sembuh dan sumsung tulang belakang tidak berfungsi dengan baik hingga Aqila hanya bisa terbaring lemah. 

“Jika tak segera diobati penyakit anak Ibu bisa mengarah ke Kanker Darah (Leukemia)” - kata-kata itu terus terngiang di telinganya (Ibu Aqila), menjadi cambuk keterpurukan disaat tak sepeserpun uang ia miliki, termasuk untuk makan ketiga anaknya.

Aqila didiagnosa mengidap anemia aplastic dan suspek leukimia. Mereka tinggal di Nunukan, salah satu desa yang jauh dari pemukiman bahkan tidak ada dokter spesialis.

Sehingga di awal Mei 2020 Aqila ke Balikpapan bersama ibunya dengan menempuh 48 jam perjalanan dan dengan uang dari pemberian tetangga dan warga di kampung halamannya. Ayah Aqila tak bisa ikut karena harus bekerja untuk biaya hidup sehari-hari.

Setelah bertemu dengan dokter di RSKD setiap 2 minggu Aqila harus ditranfusi darah. Karena jarak rumah dan RS jauh akhirnya memutuskan untuk mengotrak 800 ribu/ bulan sampai mendapatkan rumah singgah yang bisa menampung. 

Kondisi Aqila belum begitu stabil, harus terus melakukan kemo terapi tiap 2 minggu jika tidak dilakukan kemo maka kondisi Aqila memburuk. Selain itu, pola makan Aqila pun harus terus dijaga.

Tak boleh mengomsumsi garam melainkan jamur khusus. Mengomsumsi obat 3 kali sehari dan madu dengan harga 1,5 jt satu paket dengan obat. 

Sahabat, Aqila butuh biaya pengobatan. Yuk klik tombol "DONASI SEKARANG