Pandangan kabur Lansia Berjuang Rawat Cucu Down Syndrom
terkumpul dari target Rp 50.000.000
Sore hari saat itu, tetapi Mak Ucih (64) masih berjibaku di ladang sayur milik tetangganya. Bukan tanpa alasan beliau masih di ladang saat hari menjelang maghrib. Di rumahnya, ada cucu yang harus beliau nafkahi.
Selama 30 tahunan, Mak Ucih mengurus Ardiansyah (31) cucunya yang mengidap Down Syndrome sedari lahir. Setiap harinya beliau bekerja dari pagi buta hingga menjelang magrib sambil sesekali kembali ke rumah menengok cucunya yang hanya bisa terbaring itu.
"Emak khawatir Ardiansyah kenapa-napa kalau lagi di kebun, makan juga harus dikasih semuanya diurus sama Emak", ujar Mak Ucih mengungkap kekhawatirannya yang nampak jelas. Bekerja dan berjuang untuk cucunya beliau lakukan dengan keikhlasan, meskipun dengan sadar beliau merasakan bahwa penglihatannya sudah kabur.
Di balik garis keriput wajahnya, tersimpan warna abu mengenai kehidupan yang tertimpa satu tekad pasti yakni memberi kemampuan terbaik untuk cucu yang beliau cintai. Rasa lelah, menyerah dan pasrah selalu menyertai Mak Uci. Pinggangnya seringkali nyeri akibat aktivitas yang tiada henti. Namun, rasa itu beliau gubris demi kehidupan yang harus dijalani, teruma untuk sesuap nasi.
Insan Baik, mari bersama penuhi kebutuhan sandang pangan bagi Mak Ucih dan cucunya. Ringankan setiap beban yang harus Mak hadapi dengan bantuan terbaik yang bisa diberi.
Disclaimer: donasi yang terkumpul akan disalurkan untuk pemenuhan sandang pangan bagi Mak Uci dan cucunya. Adapun kelebihan donasi akan disalurkan untuk penerima manfaat lain di bawa naungan Amal Baik Insani.
Pandangan kabur Lansia Berjuang Rawat Cucu Down Syndrom
terkumpul dari target Rp 50.000.000