
Perjuangan Bu Tati Antara Hidup Dan Mati Anaknya
terkumpul dari target Rp 50.000.000
Di rumah kecilnya, Septian (25 tahun) hidup dalam ancaman yang tak kasat mata namun mematikan yaitu paru-paru bocor. Setiap hembusan napas baginya seperti pertaruhan antara hidup dan mati.

Ibu Tati, ibunya hanya bisa menatap putranya yang sering kejang tanpa daya, menahan air mata saat mendengar rintihan kesakitan yang keluar di sela-sela napas beratnya.
Kadang, tubuh Septian tiba-tiba membeku, lalu menggigil, seolah jantung dan paru-parunya berhenti bekerja bersama.
“Saya tak sanggup mendengarnya menjerit lagi, tapi saya juga tak bisa berhenti berjuang…” ungkap Ibu Tati, dengan mata sembab menatap anaknya yang terbaring lemah.
Biaya pengobatan untuk penyakit paru-paru bocor mencapai jutaan rupiah setiap bulannya. Namun Ibu Tati, yang hidup serba kekurangan, hanya punya satu cara untuk melawan: menjual keripik dari kampung ke kampung.

Setiap pagi, ia membawa tas berisi keripik dan menempuh jarak yang jauh di bawah terik matahari. Setiap langkahnya adalah perjuangan. Setiap bungkus yang terjual, hanya menghasilkan Rp1.000–Rp2.000 rupiah.
Tapi baginya, setiap uang kecil itu berarti: “Bukan untuk makan, tapi untuk beli obat. Kalau saya berhenti jualan, kejang anak saya bisa datang lagi.”
Bayangkan…
Setiap bungkus keripik yang laku berarti sedikit waktu tambahan bagi Septian untuk bernapas tanpa rasa sakit. Namun pengobatan paru-paru bocor tidak cukup hanya dengan obat biasa Sepian butuh operasi dan perawatan intensif di rumah sakit.

Setiap rupiah yang terkumpul dari hasil jualan tak pernah cukup untuk mengejar biaya yang kian menumpuk. Sementara penyakit itu terus menggerogoti paru-parunya, sedikit demi sedikit, setiap harinya.
Kondisi Septian kini sudah sangat mengkhawatirkan. Kejang yang datang berkali-kali menunjukkan paru-parunya melemah drastis, bahkan mengancam nyawanya kapan saja. Tanpa perawatan dan tindakan medis segera, napasnya bisa berhenti kapan pun.
Septian butuh operasi dan alat bantu pernapasan, serta terapi berkelanjutan agar paru-parunya bisa kembali berfungsi dengan baik. “Saya hanya ingin anak saya bisa hidup sedikit lebih lama... bukan dalam kesakitan.” Sambung Ibu Tati
Septian mungkin tak punya harta, tapi ia punya ibu yang tak pernah menyerah. Dan kini, harapan Ibu Tati ada pada tangan kita semua. Dengan bantuanmu, Septian bisa mendapatkan perawatan intensif dan operasi yang ia butuhkan.
Setiap donasi adalah langkah menghapus rintihan agar napas Septian tak berhenti hari ini. Mari bantu Septian bisa bernapas tanpa rasa sakit.”
Perjuangan Bu Tati Antara Hidup Dan Mati Anaknya
terkumpul dari target Rp 50.000.000
