Puluhan Rumah Petani Kopra Terancam Roboh
terkumpul dari target Rp 100.000.000
Namanya Sakir Bakri dan Aswad Sharin. Kedua pejuang kopra yang berusia 50an tahun ini masing-masing memiliki 8 anak yang semuanya sedang menempuh bangku sekolah. Alih-alih mencari penghasilan untuk memperbaiki hidup, keduanya harus gigit jari karena hasil kerja kopra yang didapat hanya untuk membiayai anak-anak sekolah. Seringkali kedua keluarga ini harus terus bersyukur dan bahagia walaupun hanya bisa makan pisang, karena tidak memiliki beras.
Namun apa mau dikata, pejuang kopra yang tinggal di pelosok utara Indonesia Timur ini harus terus berjuang. Tinggal di Desa Dedeta, Kecamatan Loloda Kepulauan , Kabupaten Halmahera Utara Provinsi Maluku Utara. Dua lelaki yang saling bersahabat itu, seringkali menyeberang lautan untuk membuat kopra yang bukan miliknya. Mereka hanya menjadi buruh membuat kopra dari kebun kelapa warga setempat.
Namun tahukah anda? Harga kopra yang 3 tahun ke belakang masih di harga 9000/kg saat ini bertahan di angka 2000-3000/kg. Hingga tulisan ini dimuat rumah Pak Sakir Sudah Roboh dan tidak bisa ditempati. Saat ini ia bersama seluruh keluarga menumpang di rumah saudaranya. Tidak lebih beruntung juga bagi Pak Aswad, karena biarpun rumah masih berdiri namun jika hujan turun air semua masuk akibat atap dari daun yang bocor.
Mari bantu Sakir Bakri dan Aswad Sahrin merenovasi rumah gubuk mereka.
Semoga langkah-langkah kecil ini yang kemudian mampu menopang segala keterpurukan yang ada. Kemudian berubah menjadi kebangkitan yang nyata di waktu yang akan datang. Karena hasil tidak akan mengkhianati proses.
Puluhan Rumah Petani Kopra Terancam Roboh
terkumpul dari target Rp 100.000.000