
Abah Kandi-Dari Pensil Untuk Sesuap Nasi
terkumpul dari target Rp 50.000.000
Perkenalkan nama lansia ini Abah Kandi, sekarang sudah berusia 82 tahun. Bersama istrinya, Mak Dedeh (79 tahun), mereka menjalani hari-hari penuh perjuangan dengan penuh kesederhanaan.
Rumah kecil yang mereka tempati bukan milik mereka, melainkan peninggalan istri pertama Abah, kini menjadi hak waris anak-anak dari pernikahan sebelumnya. Dengan biaya bulanan hanya Rp.60.000 untuk air dan listrik, kehidupan mereka jauh dari kata nyaman.
Setiap hari, sejak empat tahun terakhir, Abah Kandi memulai pagi dengan semangat meski tubuhnya mulai rapuh. Pukul 06.00, ia berangkat menjajakan pensil ke berbagai wilayah seperti Samarang, Tarogong, Garut Kota, hingga Leuwi Daun, menempuh jarak 10–20 kilometer. Ia naik angkutan umum dengan biaya Rp.25.000, namun saat pulang, ia sering terpaksa berjalan kaki karena uangnya tak cukup.
“Abah capek, Mak. Kaki pegal luar biasa, sampai nggak kuat jalan”, keluhnya suatu hari pada Mak Dedeh, bersyukur saat ada orang baik yang menawarkan tumpangan mobil bak.
Penghasilan Abah sangat kecil. Hari terbaiknya, ia bisa mendapat Rp.50.000, tapi setelah dikurangi modal Rp.32.500, keuntungan bersihnya hanya Rp.17.500. Modal itu untuk membeli pensil seharga Rp.1.300 per batang dari pemasok, dengan keuntungan Rp.700 per pensil. Namun, di hari sepi, Abah kadang hanya menjual satu pensil seharga Rp.2.000, menghasilkan keuntungan Rp.1.000–3.500.
“Kalau diceritain suka bikin emak nangis, Neng. Dagangan Abah lagi sepi, kadang cuma dapet Rp.10.000,” ujar Mak Dedeh dengan mata berkaca-kaca.
Untuk makan, mereka sering meminjam uang dari saudara, bahkan kini terlilit utang Rp1.000.000. Untungnya, keluarga kadang memberi beras, dan orang-orang baik hati sesekali memberikan uang Rp.50.000–100.000 atau makanan seperti nasi rames, yang sangat berarti bagi mereka. Hidup Abah tak selalu mudah. Anak-anak kecil kerap mengejeknya saat berjualan, dan ia pernah jadi korban penipuan. Suatu kali, seorang pria yang mengaku kasihan menawarkan tumpangan motor, tapi malah menghipnosis Abah dan mengambil seluruh hasil jualan serta KTP-nya.
Dulu, saat masih kuat, Abah menjajakan perabot keliling di Bandung selama puluhan tahun, pulang setiap dua minggu dengan penghasilan Rp.500.000. Namun, usia membuatnya tak lagi sanggup memikul beban berat, sehingga ia beralih menjual pensil. Kesehatan Abah kini kian menurun. Penglihatannya kabur, membuatnya nyaris tertabrak kendaraan.
“Mak, untung Abah masih diselamatkan Allah, tadi hampir ketabrak motor,” ujarnya suatu hari, penuh syukur.
Ia juga mulai pelupa, bahkan pernah merasa belum salat padahal sudah melakukannya. Meski begitu, Abah tak pernah lalai menjalankan ibadah, menunjukkan keteguhan spiritualnya di tengah kesulitan. Mak Dedeh, yang telah menikah dengan Abah selama 25 tahun tanpa dikaruniai anak, dulu membuat jaring ikan untuk dijual, dengan keuntungan separuh dari harga jual Rp.10.000 per buah atau Rp.200.000 per kodi.
Namun, ia berhenti empat tahun lalu setelah pemasok dan pembeli utamanya meninggal. Kini, makanan mereka sangat sederhana, kangkung, tempe, tahu, dan kerupuk, makanan favorit Abah bersama sayur kacang. Meski begitu, Abah tetap bersyukur dengan apa yang ada.
Di tengah keterbatasan, Abah dan Mak Dedeh punya mimpi sederhana. Jika ada modal, Mak Dedeh ingin kembali membuat jaring ikan atau membuka warung kecil di rumah. Dengan begitu, Abah tak perlu lagi berjalan jauh untuk berjualan dan bisa beristirahat lebih banyak di usianya yang tak lagi muda.
Sahabat Kebaikan, meski hidup dalam kemiskinan dan rentan, semangat Abah Kandi dan Mak Dedeh tetap menyala, bertahan dengan doa, kerja keras, dan harapan akan hari yang lebih baik. Mari kita bantu mereka agar mempunyai kehidupan yang lebih layak.
Disclaimer : Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk memenuhi segala keperluan Abah Kandi dan keluarga. Selain itu, akan digunakan untuk implementasi program dan para penerima manfaat lainnya dibawah naungan Yayasan Global Sedekah Movement.

Abah Kandi-Dari Pensil Untuk Sesuap Nasi
terkumpul dari target Rp 50.000.000